Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ekonom Sarankan Pemerintah Siapkan Skenario Terburuk Harga Minyak

Senin, 23 Juni 2025 | Juni 23, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-23T15:41:00Z

Ekonomi INDEF Tauhid Ahmad, Harga Minyak Mentah, Penutupan Selat Hormuz, Konflik Timur Tengah, Parlemen Iran,


“Kalau harga minyak masih sekitar 80-82 dolar per barel, berarti masih berada dalam asumsi APBN. Tapi kalau harganya bergerak di atas 100 dolar per barel karena gejolak geopolitik memburuk, maka harus disiapkan skenario terburuk,” kata Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad 


Jakarta - INGATKBALIcom: Pemerintah disarankan untuk menyiapkan skenario terburuk harga minyak mentah yang mulai melambung akibat konflik di Timur Tengah. Apalagi parlemen Iran sudah menyetujui penutupan Selat Hormus tinggal menunggu persetujuan Dewan Kemanan Nasional Tertinggi Iran.


“Kalau harga minyak masih sekitar 80-82 dolar per barel, berarti masih berada dalam asumsi APBN. Tapi kalau harganya bergerak di atas 100 dolar per barel karena gejolak geopolitik memburuk, maka harus disiapkan skenario terburuk,” kata Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad dalam Webminar “Menyeimbangkan Manfaat Penguatan Kerjasama Regional di Tengah Ketegangan Global,” Senin, 23 Juni 2025


Kesiapan skenario terburuk ini bisa dilakukan, apakah dengan kembali melakukan efisiensi. “Atau dengan penambahan defisit fiskal dan kemungkinan terburuknya adalah melakukan penyesuaian harga (BBM),” ujarnya.


Menurutnya, pemerintah harus menyiapkan banyak skenario untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak mentah. Mengingat Indonesia cukup besar mengimpor minyak mentah sekira satu juta barel per hari. 


“Skenario lainnya yang harus disiapkan adalah bagaimana meredam inflasi yang mungkin terjadi. Pengalaman tahun 2022 dan krisis minyak sebelumnya, dampaknya luar biasa terutama ke masyarakat menengah-bawah,” ucap Tauhid.


Antisipasi lainnya yang juga perlu dilakukan pemerintah adalah gangguan rantai pasok di sektor perdagangan jika Selat Hormuz ditutup. Karena Selat ini merupakan jalur utama perdagangan baik dari dan ke Uni Eropa maupun Timur Tengah.


“Premium asuransi-nya akan lebih besar sehingga  biaya ekspor maupun impor juga akan meningkat. Sehingga, saya kira ini penting untuk sektor bisnis, pemerintah dan semua elemen untuk melakukan antisipasi,” kata Tauhid  menutup penjelasannya.

(Na/By/Sa/Ar/Na)


Copyright © INGATKEMBALIcom 2025